PENELITIAN DI PUSKESMAS BANDA SAKTI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI 2003), angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi
sebesar 35/1000 kelahiran hidup dan kematian awal neonatus 224/1000 kelahiran.
Penyebab utama kematian karena penyakit infeksi saluran nafas 27,6% dan diare 9,4%. Dinegara berkembang 1000
milyar lahir setiap tahun dan 5 milyar dari bayi terkena diare, 1 milyar mati karena diare
yang di sebabkan oleh pemberian susu formula (Husnah et al.,
2008)
Bayi yang diberi susu formula mengalami kesakitan diare 10 kali lebih banyak yang
menyebabkan angka kematian bayi juga 10 kali lebih banyak, infeksi usus karena
bakteri dan jamur 4 kali lipat lebih banyak, sariawan mulut karena jamur 6 kali
lebih banyak. Penelitian di Jakarta memperlihatkan persentase kegemukan atau obesitas terjadi pada bayi yang
mengkonsumsi susu formula sebesar 3,4% dan kerugian lain menurunnya tingkat
kekebalan terhadap asma dan alergi (Dwinda, 2006).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Cohen
dan kawan-kawan di Amerika pada tahun 1995 diperoleh bahwa 25% ibu-ibu yang
memberikan ASI secara eksklusif pada bayi dan 75% ibu-ibu yang memberikan susu
formula pada bayi. Bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif lebih
jarang terserang penyakit dibandingkan dengan bayi yang memperoleh susu
formula, karena susu formula memerlukan alat-alat yang bersih dan perhitungan
takaran susu yang tepat sesuai dengan umur bayi. Hal ini membutuhkan
pengetahuan ibu yang cukup tentang dampak pemberian susu formula (Roesli, 2000).
Susu formula memiliki resiko yang besar terjadi gangguan dan alergi. Ditambah lagi dengan penggunaan
perlengkapan untuk menyajikan susu kepada anak misal dot harus benar-benar
steril, jika tidak maka bahaya lanjutan berupa kuman-kuman dari wadah yang tidak
bersih dan steril bisa menyerang anak (Eko, 2011)
Rekomendasi
dari WHO (World Health Organization) dan UNICEF di Geneva pada tahun
1979 menyusui merupakan bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan
makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Memberikan susu formula sebagai tambahan dengan
dalih apapun pada bayi baru lahir harus dihindarkan. (Wiknjosastro, 2002).
Angka
kejadian dan kematian akibat diare pada anak-anak di negara-negara berkembang
masih tinggi, lebih-lebih pada anak yang sedang mendapat susu formula
dibandingkan dengan anak yang mendapat ASI. Meningkatnya penggunaan susu
formula dapat menimbulkan barbagai masalah, misalnya kekurangan kalori protein
tipe marasmus, moniliasis pada mulut, dan diare karena infeksi (Soetjiningsih, 1997).
Menurut IPB (institut pertanian Bogor), gejala keracunan
yang di timbulkan oleh susu formula pada
bayi tidak disebabkan oleh komponen biokimia atau bahan yang terkandung di dalamnya
namun dikarenakan oleh bakteri E.sakazakii yang terdapat dalam susu
formula, dari hasil penelitian terhadap 74 sampel susu formula 13,5%
diantaranya mengandung bakteri berbahaya tersebut maka menetapkan bahwa susu
bubuk formula bayi bukanlah produk komersial yang steril (Novayanti, 2008).
Dari hasil penjajakan awal yang di lakukan di Puskesmas
Banda Sakti Kota Lhokseumawe selama 1 minggu, jumlah ibu hamil trimester III
dari bulan Januari sampai April 2012 sebanyak 142 orang dan bayi yang terkena
diare sebanyak 27 orang, ternyata
dari sekian ibu-ibu hamil ada beberapa diantara yang pernah memberikan susu
formula maka dari uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian dengan
judul “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Bahaya Pemberian Susu Formula”.
B. Perumusan Masalah
Bayi yang
mendapatkan ASI secara eksklusif lebih jarang terserang penyakit dibandingkan
dengan bayi yang memperoleh susu formula, karena susu formula memerlukan
alat-alat yang bersih dan perhitungan takaran susu yang tepat sesuai dengan
umur bayi. Hal ini membutuhkan pengetahuan ibu yang cukup tentang dampak pemberian
susu formula. Maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah” Bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil tentang
bahaya pemberian susu formula di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2012”.
C. Tujuan
Penelitian
Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang bahaya pemberian susu formula di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe
tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai salah satu persyaratan bagi mahasiswa untuk
mendapatkan gelar Ahli Madiya Kebidanan dan sebagai referensi bagi perpustakaan
di Akademi Kesehatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Utara.
b. Bagi Ibu
Dapat
menambah pengetahuan baru bagi ibu hamil tentang bahaya pemberian susu formula.
c.Bagi Masyarakat
Penelitian ini akan menjadi informasi dan masukan
dalam meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang bahaya pemberian susu formula.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi
Peneliti
Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi
peneliti dalam menerapkan ilmu yang sudah di dapat dari pendidikan.
b. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan masukan dan pembanding untuk
penelitian yang sejenis demi kesempurnaan penelitian tersebut.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.Konsep Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindaran
terhadap suatu objek tertentu. Pengindaran terjadi melalui pancaindra manusia,
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan mencakup
tindakan sebagai berikut :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan.Tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima.
b.
Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real
(sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis
(synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
3. Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2003) pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa
faktor-faktor adalah :
a. Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu
mencerdaskan manusia.
b. Media
Media
yang secara khusus didesain untuk mencapai
masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi,
radio, koran, dan majalah.
c. Sosial
budaya dan ekonomi
Kebiasaan
dan tradisi yang di lakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang di
lakukan baik atau buruk, status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik,
biologis, maupun sosial, lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tarsebut.
e. Pengalaman
Pengalaman
sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang di peroleh dalam
memecahkan masalah.
f. Usia
Usia
mempengaruhi terhadap gaya tangkap dan pola piker seseorang. Semakin bertambah
usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang di perolehnya semakin membaik.
Menurut Nursalam (2003),
usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang
tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja. Umur atau usia adalah satuan waktu yang
mengukur keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati.
A. Konsep Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan
fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat yang telah
mengalami menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang
organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami kehamilan
(Mandriwati, 2008).
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara
waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah
medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut
embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran) (Astria,
2009).
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan
menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun kadang
tidak sesuai dengan yang diharapkan (Kusmiyati et al , 2008).
Kehamilan adalah masa di mulai dari kontrasepsi sampai
janin lahir, lama hamil normal yaitu 280 hari atau 9 bulan 7 hari yang di
hitung dari hari pertama haid terakhir ( Wiknjosastro, 2003).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin adalah kira-kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43
minggu). Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan, triwulan I di mulai dari
konsepsi sampai 12 minggu, triwulan II dari 12 sampai 28 minggu dan triwulan
III dari 28 sampai 40 minggu (Lerant, 2010).
Dalam triwulan pertama alat-alat mulai dibentuk. Dalam
triwulan kedua alat-alat telah dibentuk, tetapi belum sempurna dan viabilitas
janin masih disangsikan. Janin yang di lahirkan dalam trimester terakhir telah viable (dapat hidup). Bila hasil
konsepsi dikeluarkan dari kavum uteri pada kehamilan di bawah 20 minggu disebut
abortus (keguguran). Bila hal ini terjadi dibawah 36 minggu disebut partus
prematurus. Kelahiran dari 38 minggu sampai 40 minggu disebut partus aterm.
Bila kehamilan lebih dari 43 minggu disebut postmatur (Winkjosastro, 2005).
B. Konsep Bahaya Pemberian Susu Formula
Meningkatnya resiko infeksi
yang berasal dari susu formula yang tercemar dari kasus merebaknya wabah Enterobacter Sakazzaki, dilaporkan kematian
seorang bayi berusia 20 hari yang mengalami demam, menurunya aliran darah dan kejang pada usia 11 hari. E.
Sakazzaki adalah kuman yang terlacak pada bubuk susu formula (Roesli,2008).
Sukrosa merupakan sejenis karbohidrat dalam
susu yang dapat mamberikan rasa manis dan sumber energi cepat untuk tubuh
(dapat meningkatkan gula darah dalam
waktu singkat). Konsumsi sukrosa dalam jumlah berlebihan dan dalam
jangka panjang dapat menyebabkan karies pada gigi. Jika makanan yang dimakan mengandung
gula, pH mulut akan turun dalam waktu 2,5 menit dan tetap rendah selama 1 jam.
Bila sukrosa
dikonsumsi 3 kali
sehari, artinya pH mulut selama 3 jam akan berada dibawah 5,5.Dan ini tidak terjadi di permukaan, melainkan
subsurface/lapisan di bawah permukaan
gigi. ( Asrori, 2011).
Susu formula memiliki resiko yang besar terjadi gangguan dan alergi.
Ditambah lagi dengan penggunaan perlengkapan untuk menyajikan susu kepada anak
misal dot harus benar-benar steril, jika tidak maka bahaya lanjutan berupa
kuman-kuman dari wadah yang tidak bersih dan steril bisa menyerang anak (Eko, 2011).
Di dalam air susu ibu terdapat
laktosa yang di ubah menjadi asam laktat, maka akan menghambat pertumbuhan
bakteri berbahaya dan menjadikan tempat yang subur bagi bakteri usus yang baik
yaitu Lactobacilus bifidus. Faktor
bifidus ini akan rusak dalam 2 hari setiap kali bayi diberi susu formula, hal
ini disebabkan oleh adanya protein asal mamalia yang akan menimbulkan alergi dan bayi akan mengalami diare.Terganggunya faktor bifidus juga
akan menyebabkan vitamin yang seharusnya dibentuk di usus tidak dapat dibentuk
sehingga sangat merugikan perkembangan bayi yang sedang mengalami
tumbuh-kembang pesat (Purwanti 2004).
Bayi yang diberi susu formula
lebih beresiko memiliki gigi yang berlubang, hal ini disebabkan karena
pemberian susu formula dengan botol dan dot, terutama pada malam hari menjelang
tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa-sisa susu formula.
Sisa-sisa susu akan terurai menjadi senyawa-senyawa asam yang dapat merusak
gigi bayi (Arif 2009).
Dibandingkan dengan ASI, susu
formula memiliki banyak kelemahan terutama dalam hal kandungan gizinya. Selain
itu, penggunaan susu formula harus dikontrol dari kemungkinan masuknya organisme-organisme patogen, yang akan
menyebabkan terjadinya perubahan kualitas dari zat-zat gizi yang terkandung di
dalam susu formula. Apabila bayi meminumnya maka dapat mengakibatkan diare (Krisnatuti et al., 2000).
Terdapat berbagai kerugian atau bahaya yang dapat
ditimbulkan dari penggunaan susu formula seperti: rentan terhadap terkenanya
penyakit, gangguan ginjal, gangguan pencernaan, alergi, tersedak, congekan,
muntah dan perut kembung, kebutuhan tidak terkontrol, serta kehilangan rasa
aman dan terlindungi (blogspot, 2008).
Beberapa kerugian susu formula menurut Purwanti,
(2008) adalah:
1. Segi Kandungan
a) Rentan terhadap penyakit
Air susu
ibu (ASI) banyak mengandung zat antibody (zat yang meningkatkan kekebalan
tubuh), sehingga bayi yang mendapatkan air susu ibu secara tidak langsung sudah
mendapatkan kekebalan terhadap kuman penyebab penyakit.
b)
Beban pada ginjal
Kandungan
protein pada susu formula jauh lebih tinggi dari air susu ibu, sehingga jumlah
zat yang larut pada susu formula lebih tinggi yang mengakibatkan beban pada
ginjal.
c)
Gangguan pencernaan
Pada air
susu ibu, kandungan lemaknya mudah diserap dibanding dengan lemak yang terdapat
pada susu formula. Pada bayi premature (kurang bulan) yang diberi susu formula
sering timbul gangguan pencernaan dimana buang air besarnya bercampur dengan
lemak.
d) Pencemaran oleh kuman
Air susu
ibu pada umumnya bebas kuman, kecuali bila ibu menderita suatu penyakit
infeksi. Pada susu formula kemungkinan terjadinya pencemaran oleh kuman besar.
e) Alergi
Belum
pernah terjadi adanya bayi yang alergi terhadapat air susu ibu. Namun kemungkinan
timbulnya alergi terhadap susu formula ada, karena terbuat dari susu sapi dan
dalam proses pengolahan susu formula telah ditambahkan beberapa bahan lain.
f) Muntah dan perut kembung
Sering
terjadi posisi botol dot tidak pas sehingga udara dapat terhisap, yang bisa menyebabkan
muntah dan perut kembung.
2.
Kerugian pada ibu
Menyusui langsung anak dengan air susu ibu
menyebabkan rahim cepat mengkerut, ini berguna untuk mengentikan perdarahan
setelah melahirkan. Pada penggunaan susu formula tentunya hal ini tidak
terjadi. Ibu-ibu yang menyusui anaknya juga terbukti menjarangkan kehamilan
walau tidak 100%, pada penggunaan susu formula tidak menjarangkan kehamilan
sama sekali. Penggunaan susu formula dapat menurunkan rasa keibuan dan eratnya
hubungan ikatan batin antara ibu dan anak.
3.
Beberapa perbandingan kekurangan susu formula
dengan ASI , diantaranya adalah:
a)
menimbulkan alergi
b)
Bisa menimbulkan diare pada
bayi.
c)
Nutriennya Mudah tidak sesempurna ASI.
d)
Lebih mudah menimbulkan gigi berlubang.
e)
Kurang memiliki efek psikologis yang menguntungkan.
f)
Tidak merangsang involusi rahim.
g)
Tidak menjarangkan kehamilan.
h)
Tidak mengurangi kejadian kanker payudara.
i)
Tidak praktis dan ekonomis.
j)
Kerugian bagi negara menambah beban anggaran
yang harus dikeluarkan untuk membeli susu formula, biaya perawatan
ibu, dan anak (Jaka, 2010)
4. Susu formula tidak di anjurkan kepada bayi
karena:
a)
Susu formula mudah terkontaminasi.
b)
Pemberian susu formula yang terlalu encer akan
membuat bayi kurang gizi.
c)
Pemberian susu formula yang terlalu kental akan
membuat bayi kegemukan
(Proverawati, 2010).
D.Kerangka
Teori
|
Gambar 2.1 Kerangka teori
Modifikasi : (Machfoedz, 2010), (Nursalam, 2003),
(Notoatmodjo, 2007), (Notoatmodjo, 2003).
Keterangan :
: Diperoleh dari (tidak
diteliti)
: Ada
hubungan/ada pengaruh (tidak diteliti)
: Tingkat domain yang digunakan dalam penelitian
: Kategori yang
digunakan
: Dimensi
tingkat pengetahuan susu formula yang diteliti
: Yang : yang diteliti
BAB
III
KERANGKA
KONSEP
A. Variabel
Penelitian
Kerangka Konsep dalam penelitian ini berdasarkan
dari kerangka teori sehingga dapat digambarkan kerangka konsep sebagai berikut
:
|
||||
Dimensi
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
B.
Definisi Operasional
No
|
Variabel
|
Definisi Operasional
|
Cara Ukur
|
Alat Ukur
|
Skala Ukur
|
Hasil Ukur
|
1
|
Pengetahuan ibu menyusui tentang bahaya pemberian susu formula
|
Hasil tahu
ibu menyusui tentang hal-hal yang merugikan dalam pemberian susu buatan pengganti Air Susu ibu (ASI).
|
Penyebaran Kuesioner
|
Kuesioner
|
Ordinal
|
Baik
Cukup
Kurang
|
C.
Metode Pengukuran Variabel
Untuk mengukur
pengetahuan Ibu menyusui
tentang bahaya pemberian susu
formula peneliti menyusun pertanyaan
berupa kuisioner yang berisi 20 pertanyaan.
1. Penilaian
Menurut Erfandi (2009), untuk setiap
pertanyaan kriteria penilaian adalah sebagai berikut :
a. Jika
menjawab Ya
= 1
b. Jika
menjawab Tidak
= 0
2. Pengkatagorian
Kriteria
penilaian dibuat menurut Nursalam (2003) sebagai berikut :
a.
Baik : Bila responden dapat menjawab dengan benar : 76 %-100 % dari
seluruh pertanyaan yang diberikan kepada kuisioner.
b.
Cukup : Bila responden dapat menjawab dengan benar : 56 %-75 % dari
seluruh pertanyaan yang diberikan kepada kuisioner.
c.
Kurang : Bila responden dapat menjawab dengan benar : <56 % dari
seluruh pertanyaan yang diberikan kepada kuisioner.
BAB
IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis
penelitian
Penelitian ini bersifat Deskriptif, yaitu
penelitian yang akan menggambarkan seluruh subjek penelitian (Machfoedz, 2010).
Dalam penelitian ini peneliti ingin mendapatkan fenomena yang muncul mengenai
gambaran pengetahuan ibu hamil tentang bahaya pemberian susu formula di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2012.
B. Tempat dan
waktu penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini telah dilakukan
di
Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2012.
2. Waktu Penelitian
Penelitian telah
dilakukankan pada tanggal 05 sampai 23 Juni 2012.
C. Populasi
dan Sampel
1. Populasi
Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2012 yang berjumlah 30 orang.
2. Sampel
Teknik pengambilan Sampel dalam penelitian ini adalah secara Accidental sampling yaitu dengan mengambil seluruh
populasi ibu-ibu hamil trimester III yang berkunjung ke Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe.
D. Cara Pengumpulan
Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dengan cara
memberi kuesioner langsung pada ibu-ibu hamil, kuesioner dibagikan sendiri oleh peneliti dan harus diisi di Puskesmas Banda Sakti tanpa boleh dibawa pulang, kemudian setelah
kuesioner tersebut terisi peneliti kumpulkan sesuai dengan nomor urut untuk di
olah datanya.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan
adalah berupa kuesioner dalam pernyataan ya atau tidak.
F.
Rencana dan analisis data
1. Rencana pengolahan data
Menurut Budiarto (2002),
pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian. Oleh
karena itu harus dilakukan dengan baik dan benar. Pengolahan data dilakukan
secara manual melalui tahap :
a.
Pemeriksan
data (Editing)
Yaitu memeriksa data yang telah di kumpulkan dari
daftar pertanyaan. Yang dilakukan pada kegiatan memeriksa data ialah
menjumlahkan dan melakukan koreksi.
b.
Pemberian
kode (Coding)
Untuk mempermudah pengolahan, sebaiknya semua
variable di beri kode terutama data klasifikasi.
c. Penyusunan data (Tabulating)
Yaitu
pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah,
disusun, dan ditata untuk disajikan.
2. Analisis Data
Menurut Budiarto (2002), Penelitian ini hanya bersifat deskriptif, yang menggunakan tabel distribusi frekuensi disetiap variabel yang di
gunakan untuk perhitungan hasil ukur yang kemudian di persentasekan dengan
rumus:
P =
Keterangan :
P = Presentase
f = Frekuensi
teramati
N = Jumlah seluruh observasi
Artikel Terkait
+ komentar + 2 komentar
mantap sekali
obat jantung
obat jantung terbaru
obat kista
Terimakasih .............
Posting Komentar