Kegunaan dan Dampak Eter dalam Kehidupan
a. Kegunaan
1) Eter digunakan sebagai pelarut.
2) Dietil eter digunakan sebagai obat bius pada
operasi.
3) Metil ters-butil eter (MTBE) digunakan untuk
menaikkan angka
oktan bensin.
4) Eter-eter tak jenuh pada opersi singkat : ilmu
kedokteran gigi dan ilmu kebidanan.
b. Dampak
Pada konsentrasi rendah, eter dapat menyebabkan
pusing kepala, sedangkan pada konsentrasi
tinggi menyebabkan tidak sadarkan diri.
Sifat-sifat Eter
1. Titik Didih Rendah
Eter memiliki titik didih rendah karena sangat sulit
membentuk ikatan hidrogen. Eter memiliki titik didih yang relatif rendah
dibandingkan isomeri alkoholnya. Kelarutan eter dalam air sangat kecil
(+-1,5%), sehingga merupakan pelarut yang baik bagi senyawa organik yang tidak
larut dalam air.
2. Mudah
Terbakar
Eter mudah terbakar membentuk CO2 dan uap air, eter
terurai oleh asam halida terutama oleh HI. Reaksi dengan senyawa PX3 (Posfor
trihalida) misalnya (PCl3, PBr3 dan PI3) dipergunakan sebagai reaksi pembeda
alkanol dengan eter.
Senyawa alkohol dapat bereaksi dengan senyawa PX3,
sedangkan senyawa eter tidak bereaksi. Secara umum reaksi tersebut mengikuti
persamaan reaksi pada Bagan 12.52
Bagan
12.52. Reaksi pembeda eter dan alkohol
3. Senyawa eter rantai C pendek berupa cair
pada suhu kamar dan TD nya naik dengan penambahan unsur C.
4.
Eter
rantai C pendek mudah larut dalam air.
Pembuatan Eter
a.Mereaksikan alkil halida dengan
alkoksida
Eter dapat dibuat dengan mereaksikan antara alkil halida
dengan natrium alkoksida. Hasil samping diperoleh garam natrium halida.
Contoh
:
b. Mereaksikan alkil halida dengan
perak(I) oksida
Alkil halida bereaksi dengan perak(I) oksida menghasilkan
eter. Hasil samping diperoleh garam perak halida.
Contoh
:
Eter
Eter adalah
salah satu zat yang digunakan sebagai anestesi (obat bius). Eter ditemukan
seorang ahli kimia berkebangsaan Spanyol, Raymundus Lullius pada tahun
1275.Lullius menamai eter "sweet vitriol". Eter pertama kali
disintesis oleh Valerius Cordus, ilmuwan dari Jerman pada tahun 1640. Kemudian
seorang ilmuwan bernama W.G. Frobenius mengubah nama "sweet vitriol" menjadi eter pada tahun 1730.
Bagi
kebanyakan orang kata eter dikaitkan dengan anestesi. Eter yang dimaksud adalah
hanyalah salah satu anggota kelompok eter, yaitu senyawa yang mempunyai dua
gugus organik melekat pada atom oksigen tunggal. Rumus umum eter ialah R-O-R’,
yang R dan R’-nya bisa sama atau berbeda, gugusnya dapat berupa alkil atau
aril. Pada anestesi umum kedua R-nya adalah gugus etil. CH3CH2-O-CH2CH3.
Eter merupakan isomer atau turunan dari
alkohol (unsur H pada OH diganti oleh alkil atau aril). Eter mengandung unsur
C, H, dan O.
Tatanama eter
-
Eter diberi nama berdasarkan gugus alkil atau arilnya menurut urutan abjad,
diikuti dengan kata eter misalnya :
Untuk eter dengan stuktur kompleks,
kadang-kadang diperlukan nama gugus –OR sebagai gugus alkoksi. Misalnya, dalam
sistem IUPAC eter diberi nama sebagai hidrokarbon dengan substitusi alkoksi.
Artikel Terkait
Posting Komentar