MAKALAH STATISTIK
TEORI PELUANG
KEMENCENGAN
ATAU KECONDONGAN
DI
S
U
S
U
n
oleh:
Nama : Safriani
Nim : 140130047
Mk : Statistika Industri
Dosen
Pembimbing :Fatimah, ST.,MT
Puji syukur penyusun
panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata?ala, karena berkat rahmat-Nya kami
bisa menyelesaikan makalah yang berjudulTeori Peluang “ Kemencengan atau
Kecondongan”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Statistik
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah
ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Lhokseumawe, Oktober 2015
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latarbelakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kemiringan
2.2.Koefisien Kemencengan Pearson
2.3. Koefisien Kemencengan Bowley
2.4.Koefisien Kemencengan Persentil
2.5. Ukuran Kemiringan
(skewness)
2.6. Rumus bowley
BAB
III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Teori
peluang adalah
cabang matematika yang
bersangkutan dengan peluang, analisis fenomena acak. Obyek utama teori peluang
adalah variabel acak, proses stokastik, dan kejadian: abstraksi matematis
non-deterministik peristiwa atau kuantitas terukur yang dapat berupa kejadian
tunggal atau berkembang dari waktu ke waktu dalam mode tampaknya acak. Jika koin
individu melemparkan atau gulungan dadu dianggap peristiwa acak, maka jika
berkali-kali mengulangi urutan kejadian acak akan menunjukkan pola-pola
tertentu, yang dapat dipelajari dan diprediksi.
Dua hasil matematis representatif menggambarkan pola tersebut
adalah hukum bilangan besar dan teorema limit pusat. Sebagai dasar matematika untuk statistik, teori peluang adalah penting untuk kegiatan manusia
banyak yang melibatkan analisis kuantitatif set besar data.
Metode teori peluang juga berlaku untuk
deskripsi sistem yang kompleks diberikan pengetahuan hanya sebagian dari negara
mereka, seperti dalam mekanika statistik. Sebuah penemuan besar fisika abad kedua puluh adalah sifat peluang fenomena fisik pada
skala atom, dijelaskan dalam mekanika kuantum . Dalam makalah ini saya akan menjelaskan
tentang kemencengan atau kecondongan (Skewness) dan rumus-rumusnya misalnya Rumus Pearson ,Rumus Momen , dan Rumus Bowley
1.2 Rumusan Masalah
·
Apakah pengertian kemiringan?
·
Bagaimana rumus kemiringan?
1.3
Tujuan
o
Untuk memenuhi tugas dari dosen pada mata kuliah
Statistika
o
Agar
pembaca mengerti apa maksud dan rumus
dari Kemiringan atau kecondongan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Kemiringan
Kemencengan
atau kecondongan (skewness) adalah tingkat ketidaksimetrisan
atau
kejauhan simetri dari sebuah distribusi. Sebuah distribusi yang tidak simetris
akan
memiliki
rata-rata, median, dan modus yang tidak sama besarnya sehingga
distribusi akan terkonsentrasi pada salah satu sisi dan kurvanya akan menceng.
Jika
distribusi memiliki ekor yang lebih panjang ke kanan daripada yang ke kiri
maka
distribusi disebut menceng ke kanan atau memiliki kemencengan positif.
Sebaliknya,
jika distribusi memiliki ekor yang lebih panjang ke kiri daripada yang ke
kanan
maka distribusi disebut menceng ke kiri atau memiliki kemencengan negatif.
Berikut
ini gambar kurva dari distribusi yang menceng ke kanan (menceng
positif)
dan menceng ke kiri (menceng negatif).
Untuk
mengetahui bahwa konsentrasi distribusi menceng ke kanan atau menceng ke kiri,
dapat digunakan metode-metode berikut :
2.2. Koefisien Kemencengan Pearson
Koefisien
Kemencengan Pearson merupakan nilai selisih rata-rata dengan modus dibagi
simpangan baku. Koefisien Kemencengan Pearson dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan
:
Sk
= koefisien kemencengan pearson
Aoabila
secar empiris didapatkan hubungan antarnilai pusat sebagai:
Maka
rumus kemenccengan diatas dapat dirubah menjadi:
Jika
nilai sk dihubungkan dengan keadaan kurva maka:
1) Sk
=0 kurva
memiliki bentuk simetris
2) Sk>0 Nilai-nilai
terkonsentrasi pada sisi sebelah kanan ( terletak di sebelah kanan Mo),
sehingga kurva memiliki ekor memanjang ke kanan, kurva menceng ke kanan atau
menceng positif;
3) sk<
0 Nilai-nilai
terkonsentrasi pada sisi sebelah kiri (terletak di sebelah kiri Mo), sehingga kurva
memiliki ekor memanjang ke kiri, kurva menceng ke kiri atau menceng negatif.
Contoh soal :
Berikut
ini adalah data nilai ujian statistik dari 40 mahasiswa sebuah universitas.
Nilai
Ujian Statistika pada Semester 2, 2010
a)
Tentukan nilai sk dan ujilah arah kemencengannya (gunakan kedua rumus tersebut)
!
b)
Gambarlah kurvanya !
Penyelesaian:
Oleh
karena nilai sk-nya negatif (-0,46) maka kurvanya menceng ke kiri
atau menceng negatif.
b.
Gambar kurvanya :
2.3. Koefisien
Kemencengan Bowley
Koefisien
kemencengan Bowley berdasarkan pada hubungan kuartil-kuartil (Q1, Q2 dan Q3)
dari sebuah distribusi. Koefisien kemencengan Bowley dirumuskan :
Koefisien
kemencengan Bowley sering juga disebut Kuartil Koefisien
Kemencengan.Apabila
nilai skB dihubungkan dengan keadaan kurva, didapatkan :
1)
Jika Q3 – Q2 > Q2 – Q1 maka distribusi akan menceng ke kanan atau menceng
secara
positif.
2)
Jika Q3 – Q2 < Q2 – Q1 maka distribusi akan menceng ke kiri atau menceng
secara
negatif.
3)
skB positif, berarti distribusi mencengke kanan.
4)
skB negatif, nerarti distribusi menceng ke kiri.
5)
skB = ± 0,10 menggambarkan distribusi yang menceng tidak
berarti dan skB> 0,30
menggambarkan
kurva yang menceng berarti.
Contoh
soal :
Tentukan
kemencengan kurva dari distribusi frekuensi berikut :
Nilai
Ujian Matematika Dasar I dari 111 mahasiswa, 1997
Karena
skB negatif (=−0,06) maka kurva menceng ke kiri dengan
kemencengan yang berarti.
2.4 Koefisien
Kemencengan Persentil
Koefisien
Kemencengan Persentil didasarkan atas hubungan antar persentil (P90,P50 dan
P10) dari sebuah distribusi. Koefisien Kemencengan Persentil
dirumuskan :\
Keterangan
:
skP = koefisien kemecengan persentil , P = persentil
4.
Keofisien Kemencengan Momen
Koefisien
Kemencengan Momen didasarkan pada perbandingan momen ke-3
dengan
pangkat tiga simpang baku. Koefisien menencengan momen dilambangkan
dengan
α3. Koefisien kemencengan momen disebut juga kemencengan relatif.
Apabila
nilai α3dihubungkan dengan keadaan kurva, didapatkan :
1)
Untuk distribusi simetris (normal), nilai α3= 0,
2)
Untuk distribusi menceng ke kanan, nilai α3 = positif,
3)
Untuk distribusi menceng ke kiri, nilai α3= negatif,
4)
Menurut Karl Pearson, distribusi yang memiliki nilai α3> ±0,50
adalah distribusi
yang
sangat menceng
5)
Menurut Kenney dan Keeping, nilai α3 bervariasi antara ± 2 bagi
distribusi yang menceng.
Untuk
mencari nilai α3, dibedakan antara data tunggal dan data
berkelompok.
a.
Untuk data tunggal
Koefisien
Kemencengan Momen untuk data tunggal dirumuskan :
α3 =
koefisien kemencengan momen
b. Untuk data berkelompok
Koefisien
kemencengan momen untuk data berkelompok dirumuskan :
2.5.Ukuran Kemiringan (skewness)
Merupakan derajat atau ukuran dari ketidaksimetrisan (Asimetri) suatu distribusi data. Kemiringan distribusi data terdapat 3 jenis, yaitu :
Simetris : menunjukkan letak nilai rata-rata hitung,
median, dan modus berhimpit (berkisar disatu
titik)
Miring ke kanan : mempunyai nilai modus paling
kecil dan rata-rata hitung
paling besar
Miring ke kiri : mempunyai nilai modus paling
besar dan rata-rata hitung paling kecil
Merupakan derajat atau ukuran dari ketidaksimetrisan (Asimetri) suatu distribusi data. Kemiringan distribusi data terdapat 3 jenis, yaitu :
Simetris : menunjukkan letak nilai rata-rata hitung,
median, dan modus berhimpit (berkisar disatu
titik)
Miring ke kanan : mempunyai nilai modus paling
kecil dan rata-rata hitung
paling besar
Miring ke kiri : mempunyai nilai modus paling
besar dan rata-rata hitung paling kecil
Kemiringan simetri (normal) kemiringan Negatif positif
Untuk mengukur derajat kecondongan suatu distribusi dinyatakan dengan koefisien kecondongan (koefisien skewness).Ada tiga metode yang bisa digunakan untuk menghitung koefisien skewness yaitu :
Rumus pearson
= 1/S (X ̅ - Mod) Atau = 3/S (X ̅ – Med)
Rumus Momen
Data tidak berkelompok
3 = 1/〖nS〗^2 ∑ ( X1 X ̅ )3
Data Berkelompok
3 = 1/〖nS〗^3 ∑f i( mi - X ̅ )3
Keterangan
3 = derajat kemiringan
x1 = nilai data ke – i
X ̅ = nilai rata-rata hitung
Fi = frrekuensi nilai ke i
M1 = nilai titik tengah kelas ke-i
S = Simpangan Baku
N = Banyaknya data
Jika 3 = 0 distribusi data simetris
3 < 0 distribusi data miring ke kiri
3 > 0 distribusi data miring ke kanan
2.6. Rumus bowley
Rumus ini menggunakan nilai kuartil :
3 = (Q_3+ Q_1- 2Q_2)/(Q_3- Q_1 )
Keterangan :
Q1 = kuartil pertama
Q2 = Kuartil Kedua
Q3 = Kuaril Ketiga
Cara menentukan kemiringannya :
Jika Q3 – Q2 = Q2 – Q1 sehingga Q3 + Q1 -2Q2 = 0 yang mengakiibatkan 3 = 0, sebaliknya jika distribusi miring maka ada dua kemungkinan yaitu Q1 = Q2 atau Q2 = Q3, dalam hal Q1 = Q2 maka 3 = 1 , dan untuk Q2 = Q3 maka 3 = -1
Ukuran kemiringan data merupakan ukuran yang menunjukan apakah penyebaran data terhadap nilai rata-ratanya bersifat simetris atau tidak. Ukuran kemiringan pada dasarnya merupakan ukuran yang menjelaskan besarnya penyimpangan data dari bentuk simetris. Suat distribusi frekuensi yang miring (tidak simetris) akan memiliki nilai mean, median dan modus yang tidak sama besar (X ̅ ≠ Md ≠ Mo) sehinggan distribusi akan memusat pada salah satu sisi yaitu sisi kanan atau sisi kiri. Hal ini yang menyebabkan bentuk kurva akan miring ke kanan atau ke kiri. Jika kurva miring ke arah kanan (ekornya memanjang ke arah kiri) disebut kemiringan positif, dan jika kurva miring ke arah kiri (ekornya memnjang ke arah kanan) disebut kemiringan negatif.
Rumus ini menggunakan nilai kuartil :
3 = (Q_3+ Q_1- 2Q_2)/(Q_3- Q_1 )
Keterangan :
Q1 = kuartil pertama
Q2 = Kuartil Kedua
Q3 = Kuaril Ketiga
Cara menentukan kemiringannya :
Jika Q3 – Q2 = Q2 – Q1 sehingga Q3 + Q1 -2Q2 = 0 yang mengakiibatkan 3 = 0, sebaliknya jika distribusi miring maka ada dua kemungkinan yaitu Q1 = Q2 atau Q2 = Q3, dalam hal Q1 = Q2 maka 3 = 1 , dan untuk Q2 = Q3 maka 3 = -1
Ukuran kemiringan data merupakan ukuran yang menunjukan apakah penyebaran data terhadap nilai rata-ratanya bersifat simetris atau tidak. Ukuran kemiringan pada dasarnya merupakan ukuran yang menjelaskan besarnya penyimpangan data dari bentuk simetris. Suat distribusi frekuensi yang miring (tidak simetris) akan memiliki nilai mean, median dan modus yang tidak sama besar (X ̅ ≠ Md ≠ Mo) sehinggan distribusi akan memusat pada salah satu sisi yaitu sisi kanan atau sisi kiri. Hal ini yang menyebabkan bentuk kurva akan miring ke kanan atau ke kiri. Jika kurva miring ke arah kanan (ekornya memanjang ke arah kiri) disebut kemiringan positif, dan jika kurva miring ke arah kiri (ekornya memnjang ke arah kanan) disebut kemiringan negatif.
Analisis kasus :
Cara perhitungan koefisien kecondongan dengan metode
Pearson dari data penghasilan keluarga
penghasila keluarga X f U fU Fu2
10-22 16 5 -3 -15 225
23-35 29 6 -2 -12 144
36-48 42 13 -1 -13 169
49-61 55 19 0 0 0
62-74 68 11 1 11 121
75-87 81 11 2 22 484
88-100 94 5 3 15 225
Jumlah 70 ∑ fU = 8 ∑ fU2 = 1368
Sebelum menggunakan rumus terlebih dahulu dicari nilai , mean, median, dan standar deviasinya berikut ini:
Mean :
X ̅ = A + ((∑▒〖f.U〗)/n) . i
X ̅ = 55 + (8/70) . 3
X ̅ = 56,485
Median :
Med = Tkbmd + ((1/2 n-fkb)/fmd) . i
Med = 48.5 + ((35-24)/19) . 13
Med = 48.5 + 7,526
Med = 56,026
Standar Deviasi :
S = i √((n∑f.U^2-(∑f.U^2))/(n(n-1)))
S = 13 √(((70)-(1368)-(〖8)〗^2)/(70(70-1)))
S = 13 √19,81
S = 57,86
Setelah kita dapatkan nilai-nilai diatas, kemudian dimasukan ke dalam rumus koefisein skewness :
α = 3/S (X ̅ - Med)
α = 3/57,86 ( 56,485 – 56,026)
α = 0,0238
dari hasil perhitungan menunjukan bahwa koefisien skewness menghasilkan nilai positif, itu berarti distribusi frekuensi mempunyai bentuk kemiringan yang positif yaitu miring ke arah kanan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari data di atas kita bisa menyimpulkan bahwa
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari data di atas kita bisa menyimpulkan bahwa
·
Kemencengan atau kecondongan (skewness) adalah tingkat
ketidaksimetrisan
atau kejauhan simetri dari sebuah distribusi
·
Koefisien Kemencengan Pearson merupakan nilai selisih rata-rata
dengan modus dibagi simpangan baku.
·
Koefisien kemencengan Bowley berdasarkan pada hubungan
kuartil-kuartil (Q1, Q2 dan Q3) dari sebuah distribusi
·
Koefisien Kemencengan Persentil didasarkan atas hubungan antar
persentil (P90,P50 dan P10) dari sebuah
distribusi
Artikel Terkait
Posting Komentar