HIPOTESIS PENELITIAN
Kegunaan
Hipotesis
merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian
kuantitatif. Terdapat tiga
alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya:
- Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik.
- Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau di falsifikasi.
- Hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Hipotesis
dalam penelitian
Walaupun
hipotesis penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam penelitian, tidak semua penelitian mutlak harus memiliki hipotesis.
Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah
atau tujuan penelitian. Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak apakah penelitian menggunakan hipotesis atau tidak. Contohnya yaitu Penelitian eksplorasi
yang tujuannya untuk menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi
tidak menggunakan hipotesis. Hal ini sama dengan penelitian
deskriptif, ada yang berpendapat tidak
menggunakan hipotesis sebab hanya membuat deskripsi atau mengukur secara cermat tentang fenomena
yang diteliti, tetapi ada juga yang menganggap penelitian deskriptif dapat
menggunakan hipotesis. Sedangkan, dalam penelitian penjelasan yang bertujuan
menjelaskan hubungan antar-variabel
adalah keharusan untuk menggunakan hipotesis.
- Untuk menguji teori,
- Mendorong munculnya teori,
- Menerangkan fenomena sosial,
- Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,
- Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.
Karakteristik
Satu
hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar.
Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun
hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional,
jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur
penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.
Untuk
dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki
beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
- Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
- Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
- Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
- Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
- Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
- Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
- Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit.
Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum
Tahap-tahap pembentukan hipotesa
pada umumnya sebagai berikut:
- Penentuan masalah.
Dasar penalaran ilmiah ialah
kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau
peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil
ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan
sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut,
penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah. Hipotesis pendahuluan atau
hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak
dari semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa
preliminer, pengamatan tidak akan terarah. Fakta yang
terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena
tidak relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit,
dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan
untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
- Pengumpulan fakta.
Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya
tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan
pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
- Formulasi hipotesa.
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi,
dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan
saat terdapat hubungan tertentu di antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah
anekdot
yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah
apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya
bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang
dikenal dengan hukum gravitasi.
- Pengujian hipotesa
Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam
istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta
maka disebut konfirmasi.
Falsifikasi(penyalahan)
terjadi jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan
hipotesa. Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh
fakta yang dinamakan koroborasi
(corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat
disebut teori.
- Aplikasi/penerapan.
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan
menjadi ramalan
(dalam istilah ilmiah disebut prediksi),
dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat
diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
Hubungan
hipotesis dan teori
Hipotesis
ini merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif
atas suatu masalah
dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis
menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel
yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan
dalam kerangka teoritis.
Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan
tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
Pernyataan hubungan antara variabel,
sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan
sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah
dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk
digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari
dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif
peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji
hipotesis yang diturunkan dari teori.
Agar
teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis dapat diamati dan
diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam
bentuk yang nyata yang dapat diamati dan diukur. Cara yang umum digunakan ialah
melalui proses operasionalisasi,
yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi tingkat yang lebih
konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam bentuk proposisi yang
dapat diamati atau dapat diukur. Proposisi yang dapat diukur atau diamati
adalah proposisi yang menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti
inilah yang disebut sebagai hipotesis.
Jika
teori merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-konsep (pada
tingkat abstrak atau teoritis), hipotesis merupakan pernyataan yang menunjukkan
hubungan antar-variabel (dalam tingkat yang konkret atau empiris). Hipotesis
menghubungkan teori dengan realitas sehingga melalui hipotesis dimungkinkan
dilakukan pengujian atas teori dan bahkan membantu pelaksanaan pengumpulan data
yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian. Oleh sebab itu,
hipotesis sering disebut sebagai pernyataan tentang teori dalam bentuk yang
dapat diuji (statement of theory in testable form), atau kadang-kadanag
hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan tentatif tentang realitas (tentative
statements about reality).
Oleh
karena teori berhubungan dengan hipotesis, merumuskan hipotesis akan sulit jika
tidak memiliki kerangka teori yang menjelaskan fenomena yang diteliti, tidak
mengembangkan proposisi yang tegas tentang masalah penelitian, atau tidak
memiliki kemampuan untuk menggunakan teori yang ada. Kemudian, karena dasar
penyusunan hipotesis yang reliabel dan dapat diuji adalah teori, tingkat ketepatan
hipotesis dalam menduga, menjelaskan, memprediksi suatu fenomena atau peristiwa
atau hubungan antara fenomena yang ditentukan oleh tingkat ketepatan atau
kebenaran teori yang digunakan dan yang disusun dalam kerangka teoritis. Jadi,
sumber hipotesis adalah teori sebagaimana disusun dalam kerangka teoritis. Karena
itu, baik-buruknya suatu hipotesis bergantung pada keadaan relatif dari teori
penelitian mengenai suatu fenomena sosial
disebut hipotesis penelitian atau hipotesis kerja. Dengan kata lain, meskipun
lebih sering terjadi bahwa penelitian berlangsung dari teori ke hipotesis (penelitian deduktif),
kadang-kadang sebaliknya yang terjadi.
A.
Populasi
Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang,
tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek/subjek itu.
Misalnya
akan melakukan penelitian di sekolah X, maka sekolah X ini merupakan populasi.
Sekolah X mempunyai sejumlah orang/subyek dan obyek yang lain. Hal ini berarti
populasi dalam arti jumlah/kuantitas. Tetapi sekolah X juga mempunyai
karakteristik orang-orangnya, misalnya motivasi kedanya, disiplin kedanya,
kepemimpinannya, iklim organisasinya dan lain-lain; dan juga mempunyai
karakteristik obyek yang lain, misalnya kebijakan, prosedur keiJa, tata
rangkelas, lulusan yang dihasilkan dan lain-lain, Yang terakhir berarti populasi
dalam arti karakteristik.
Satu
orang-pun dapat digunakan sebagai populasi, karena sate brang itu mempunyai
berbagai karakteristik, misalnya gaga bicaranya, disiplin pribadi, hobi, cara
bergaul, kepemimpinannya dan lain-lain. Misalnya akan melakukan penelitian
tentang kepemimpinan presiden Y maka kepemimpinan itu merupakan sampel dari
semua karakteristik yang dimiliki presiden Y.
Dalam
bidang kedokteran, satu orang sering bertindak sebagai populasi. Darah yang ada
pada setiap orang adalah populasi, kalau,akan diperiksa cukup diambil sebagian
darah yang berupa sampel. Data yang diteliti dari sampel tersebut selanjutnya
dibertakukan ke seluruh darah yang dimiliki orang tersebut.
B.
Sampel
Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu,
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu. kesimpulannya akan dapat diberlakukan populasi.
Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif
(mewakili).
Bila
sampel tidak representatif, maka ibarat orang buta disuruh menyimpulkan
karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka la menyimpulkan
gajah itu seperti kipas. Orang kedua memegang badan gajah, maka ia menyimpulkan
gajah itu seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang ekornya, maka la
menyimpulkan gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah kalau sampel yang
dipilih tidak representatif, maka ibarat 3 orang buta itu yang membuat
kesimpulan salah tentang gajah.
Artikel Terkait
Posting Komentar