MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVISIONS PADA POKOK BAHASAN PERSEGI
EMPAT KELAS VII SMP NEGERI 7 LHOKSEUMAWE
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
DI
S
U
S
U
N
oleh
YULI
MAULIZA
NPM
:
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
ALMUSLIM, BIREUEN
2013
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu ilmu
dasar yang mempunyai peranan yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam pengembangan ilmu dan teknologi (Akib, 2001:143). Menurut Soedjadi
(Akib, 2001: 143) dewasa ini matematika sering dipandang sebagai bahasa ilmu,
alat komunikasi antara ilmu dan ilmuwan serta merupakan alat analisis. Dengan
demikian matematika menempatkan diri sebagai sarana strategis dalam
mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual.
Pendidikan matematika pada jenjang
pendidikan dasar mempunyai peranan yang sangat penting sebab jenjang ini
merupakan pondasi yang sangat menentukan dalam membentuk sikap, kecerdasan, dan
kepribadian anak. Karena itu Mendikbud Wardiman Djojonegoro dalam sambutannya
pada konferensi Matematika Asia Tenggara IV, mengemukakan bahwa pelajaran
matematika yang diberikan terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
dimaksudkan agar pada akhir setiap tahap pendidikan, peserta didik memiliki
kemampuan tertentu bagi kehidupan selanjutnya. Namun kenyataan menunjukkan
banyaknya keluhan dari murid tentang pelajaran matematika yang sulit, tidak
menarik, dan membosankan. Keluhan ini secara langsung maupun tidak langsung
akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika pada setiap
jenjang pendidikan.
Meskipun upaya untuk mengatasi hasil
belajar matematika yang rendah telah dilakukan oleh pemerintah. Seperti
penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku paket, peningkatan pengetahuan
guru-guru melalui penataran, serta melakukan berbagai penelitian terhadap
faktor-faktor yang diduga mempengaruhi hasil belajar matematika. Namun
kenyataan menunjukkan bahwa hasil belajar matematika masih jauh dari yang
diharapkan.
Pernyataan di atas didukung oleh
kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika murid
SMPN 7 Lhokseumawe masih rendah jika dibanding dengan mata pelajaran lain. Hal
ini antara lain dapat dilihat pada data perolehan nilai Ujian Akhir Sekolah
(UAS) murid SMPN 7 Lhokseumawe Tahun Pelajaran 2011/2012.
Berdasarkan hal diatas, terlihat
bahwa prestasi belajar matematika yang dicapai murid SMPN 7 Lhokseumawe selalu
paling rendah di antara lima bidang studi yang diebtanaskan. Selain itu
penguasaan bahan ajar matematika oleh murid belum sesuai yang diharapkan.
Sedangkan Usman Mulbar (Alwi, 2001:2) mengatakan bahwa pengajaran matematika
sulit diikuti oleh murid. Hal ini menunjukkan bahwa pengajaran matematika
sekolah hingga dewasa ini umumnya kurang berhasil.
Banyak faktor yang menyebabkan
rendahnya prestasi belajar matematika murid SMPN 7 Lhoksumawe, baik yang
berasal dalam dalam diri murid itu sendiri maupun yang berasal dari luar diri
murid. Faktor dari dalam diri murid misalnya, motivasi belajar, minat belajar,
sikap terhadap matematika, serta kemampuan berfikir konvergen dan divergen.
Sedangkan faktor yang berasal dari
luar misalnya kemampuan guru dalam mengelola proses belajar, sarana belajar,
dan lingkungan pendukung.Berdasarkan kenyataan di atas, kiranya perlu diamati
permasalahan mengenai kesulitan murid terhadap materi matematika, khususnya
materi matematika bagun ruang (segi empat). Sesuai dengan materi yang tercantum
dalam kurikulum matematika SMP, maka konsep dasar berhitung yang perlu dikuasai
murid antara lain: penguasaan materi segi empat.
Dalam kurikulum SMP murid sekolah menengah sudah mulai diperkenalkan dengan bangun ruang atau
segi empat. Segi empat merupakan bagian yang
sejenis dari persegi panjang atau pun persegi yang sering disebut juga
jajar genjang selain bangun –bangun itu masih ada beberapa jenis bangun segi
empat yang sering kita temukan di sekitar kita baik yang berbentuk sederhana
maupun yang kompleks.
Macam-macam bangun datar (segi empat) yang sudah dikenal umum dan mungkin sudah dipelajari di sekolah, beserta rumus – rumus dan sifatnya, luas dan kelilingnya, dan diagonalnya akan kita bahas nanti. Segi empat bukan hanya persegi dan persegi panjang saja, masih ada jenis segi empat yang lain. Pengertian segi empat adalah bangun datar yang mempunyai empat buah sisi atau terbentuk oleh empat buah sisi.
Jenis-jenis
segi empat adalah :
(a)
Persegi
(b)
Persegi panjang
(c)
Jajar genjang
(d)
Trapesium
(f) Layang-layang
Oleh karena itu, peneliti memilih salah satu
model kooperatif yang dapat menarik perhatian siswa untuk aktif dalam
pembelajaran. Model yang peneliti gunakan adalah model pembelajaran metode Student Teams Achievement
Devisions (STAD). Untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut diantaranya guru dapat menjembatani dengan perbaikan sistem
pembelajaran yang digunakan.
Jika guru biasanya masih menggunakan
metode pembelajaran yang klasikal, yaitu dengan salah satunya dengan metede
ceramah saja, maka selanjutnya guru dapat menggunakan metode Student Teams
Achievement Devisions (STAD). Student Teams Achievement Devisions (STAD)
merupakan salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru matematika untuk
membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Metode Student Teams
Achievement Devisions (STAD)
merupakan metode yang menyenangkan bagi siswa.
Metode Student Teams Achievement
Devisions (STAD) merupakan strategi pembelajaran kontekstual. Dengan metode
ini diharapkan anak dapat belajar dengan senang.Pembelajaran matematika di SMP
sangat membutuhkan strategi dan model pembelajaran yang disesuaikan dengan
minat siwa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan. Belajar
yang menyenangkan merupakan salah satu arahan yang pembelajaran pada saat
sekarang ini. Model STAD merupakan salah satu model yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran matematika, karena siswa diarahkan agar siswa dapat bekerjasama dan belajar, serta
berdiskusi untuk memahami materi belajar.
Berdasarkan latar belakang tersebut
diatas, penulis bermaksud meneliti tentang “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Devisions di Kelas
VII SMP N 7 Lhokseumawe pada pembelajaran matematika materi segi
empat.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut,
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
- Apakah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan motivasi belajar siswa pada materi segi empat siswa kelas VII semester I di SMP Negeri 7 Lhokseumawe ?
- Berapa besar efektivitas penggunaan model pebelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi segi empat siswa kelas VII semester II di SMP Negeri 7 Lhokseumawe ?
1.3 Tujuan
Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas,
tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
- meningkatkan motivasi belajar siswa siswa kelas VII semester I di SMP Negeri 7 Lhokseumawe tahun pelajaran 2013/2014 siswa pada materi segi empat dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Devisions,
- mengetahui efektivitas dan motivasi belajar siswa dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Devisions (STAD)dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi segi empat siswa kelas VII semester I di SMP Negeri 7 Lhokseumawe tahun pelajaran 2013/20114.
1.4 Manfaat
Penelitian
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan
sekolah dan diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan proses dan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan,khususnya dalam model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dalam meningkatkan kemampuan pemahaman pada materi segi empat.
1)
Manfaat Praktis
Secara praktis
penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat:
a) Bagi
siswa
Manfaat bagi siswa antara
lain:
1)
Untuk meningkatkan motivasi
siswa sehingga mereka memiliki semangat belajar matematika sehingga penguasaan
kemampuan memahami bangun ruang terutama segi empat semakin meningkat.
2)
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII A SMP Negeri 7 Lhokseumawe melalui
penerapan model
pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Devisions.
b) Bagi
guru
Manfaat
bagi guru antara lain:
1)
Untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran Bahasa
matematika di dalam kelas.
2)
Penelitian ini dapat
dimanfaatkan untuk bahan masukan dalam meningkatkan kualitas dan rasa percaya diri pada siswa dan hasil belajar siswa.
c) Bagi
sekolah
Penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk dapat meningkatkan mutu
sekolah.
1.5 Hipotesis
Penelitian
Hipotesis penelitian
yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah “menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Devisions, dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matetatika pada pokok
bahasan segi empat pada siswa SMP Negeri 7 Lhokseumawe.
BAB
II
LANDASAN
TEORITIS
2.1
Model Pembelajaraan Kooperatif Team Achievement
Devisions
2.1.1 Penegrtian STAD
Model pembelajaran STAD
termasuk model pembelajaran STAD temasuk model pembelajaran kooperatif di
tandai dengan adanya stuktur tugas, struktur tujuan dan stuktur penghargaan.
Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif siswa didorong
untuk bekerjasama pada suattu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan
usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah prestasi
belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai
keragamaan dari temannya, serta
pengembangan keterampilan social.
Menurut
Nur Citra Utomo dan C. Novi Primiani (2009: 9), “STAD didesain untuk
memotivasi siswa-siswa supaya kembali bersemangat dan saling menolong untuk
mengembangkan keterampilan yang diajarkan oleh guru”. Menurut Mohamad Nur
(2008: 5), pada model ini siswa dikelompokkan dalam tim dengan anggota 4 siswa
pada setiap tim. Tim dibentuk secara heterogen menurut tingkat kinerja, jenis
kelamin, dan suku.Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah
satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan
baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas,
STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.
Pembelajaran
kooperatif tipe STAD di kembangkan oleh Robert E. Slavin, di mana pembelajaran
tersebut mengacu pada belajar kelompok peserta didik. Dalam satu kelas peserta
didik dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota empat sampai lima orang,
setiap kelompok haruslah heterogen. Metode STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan teori Psikologi sosial.
Dalam teori
ini sinergi yang muncul dalam kerja kooperatif menghasilkan motivasi yang lebih
daripada individualistik dalam lingkungan kompetitif. Kerja kooperatif
meningkatkan perasaan positif satu dengan lainnya, mengurangi keterasingan dan
kesendirian, membangun hubungan dan menyediakan pandangan positif terhadap
orang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama,
yaitu :
- penyajian kelas,
- belajar kelompok,
- kuis,
- skor pengembangan dan
- penghargaan kelompok
Model STAD
juga mempunyai beberapa kelebihan antara lain didasarkan pada prinsip bahwa
para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap
belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri, serta adanya
penghargaan kelompok yang mampu mendorong para siswa untuk kompak, setiap siswa
mendapat kesempatan yang sama untuk menunjang timnya mendapat nilai yang
maksimum sehingga termotivasi untuk belajar.
Model STAD memiliki dua dampak
sekaligus pada diri para siswa yaitu dampak instruksional dan dampak
sertaan. Dampak instruksional yaitu penguasaan konsep dan ketrampilan,
kebergantungan positif, pemrosesan kelompok, dan kebersamaan. Dampak sertaan yaitu
kepekaan sosial, toleransi atas perbedaan, dan kesadaran akan perbedaan.
2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Kooperatif
- Kelebihan Model Pembelajaran Koopertaif Tipe STAD
- Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
- Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
- Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.
- Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.
- Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi.
- Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.
2. Kelemahan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
- Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.
- Adanya perpanjangan waktu karena kemungkinan besar tiap kelompok belum dapat menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan sampai tiap anggota kelompok memahami kompetensinya.
- Jika ditinjau dari sarana kelas, maka untuk membentuk kelompok kesulitan mengatur dan mengangkat tempat duduk. Hal ini karena tempat duduk yang terlalu berat.
- Karena rata-rata jumlah siswa di dalam kelas adalah 45 orang, maka guru kurang maksimal dalam mengamati belajar kelompok secara bergantian.
- Guru dituntut bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan pembelajaran yang telah dilakukan, antara lain koreksi pekerjaan siswa, menentukan perubahan kelompok belajar.
- Memerlukan waktu dan biaya yang banyak untuk mempersiapkan dan kemudian melaksanakan pembelajaran kooperatif tersebut.
- Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk peserta didik sehingga sulit mencapai target kurikulum.
- Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
- Menuntut sifat tertentu dari peserta didik, misalnya sifat suka bekerja sama.
2.1.3 Asumsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD
- Pengajaran
Tujuan utama dari pengajaran ini
adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap
awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian
kelas.
Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan
dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam
penyajian materi pelajaran.
- Pembukaan
- Guru menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.
- Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.
- Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.
- Pengembangan
- Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.
- Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami makna bukan hapalan.
- Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
- Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah.
- Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.
- Latihan Terbimbing
- Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.
- Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.
- Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.
- Belajar Kelompok
Selama belajar kelompok, tugas
anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman
satu kelompok untuk menguasai materi tersebut.
Siswa diberi lembar kegiatan yang
dapat digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk
mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.Pada saat pertama kali guru
menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu memberikan bantuan dengan
cara menjelaskan perintah, mereview konsep atau menjawab pertanyaan.
Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :
a) Mintalah
anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka bersama-sama dan pindah
kemeja kelompok.
b) Berilah
waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.
c) Bagikan
lembar kegiatan siswa.
d) Serahkan pada
siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh,
tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal,
masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan
dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan,
teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan
dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara
teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab
pertanyaan itu.
e) Tekankan
pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman
satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa
mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi
dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk
mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka
belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya
menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.
f)
Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru
sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang
anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang
lain bekerja dan sebagainya.
- Kuis
Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini
bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar
dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan
disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.
- Penghargaan Kelompok
Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini
adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi
sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok
berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.
Adapun langkah-langkah penggunaan model pembelajaran
tipe STAD
- Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
- Guru menyajikan pelajaran.
- Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok
- Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
- Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.
- Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin tertinggi.
- Guru memberikan evaluasi.
- Penutup.
2.1.4 Konsep belajar kooperatif
Menurut Melvin (2009:35) belajar kooperatif adalah adanya
interaksi yang ditimbulkan dari gagasan yang disusun oleh guru sebelum
mengajar. Menurut Slavin (1995:2) pembelajaran kooperatif adalah model
instruksional yang ditandai dengan struktur tugas, struktur tujuan, dan reward
yang dikembangkan untuk mencapai tujuan. Pada dasarnya pembelajaran kooperatif
adalah belajar yang dilakukan dengan memberikan tugas kepada siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya.
Pembelajaran kooperatif akan berjalan lebih
baik ketika siswa diberikan reward atau semacam hadiah kepada siswa yang
unggul dalam melaksanakan pembelajaran.
2.1.5.Prinsip belajar kooperatif
Ada empat unsur dalam pembelajaran
kooperatif menurut Wina Widjaya (2009: 241) yaitu adanya peserta dalam
kelompok, adanya upaya belajar pada setiap anggota, adanya tujuan yang hendak
dicapai. Prinsip belajar kooperatif dalam pembelajaran pada dasarnya adalah
keaktifan setiap anggota untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu dengan cara
belajar aktif bagi setiap anggota kelompoknya dengan cara bekerjasama satu
dengan yang lainnya. Menurut Melvin (2009: 29) unsur dalam pembelajaran kooperatif
terdiri dari diskusi dan proyek kelompok kecil, presentasi dan debat dalam
kelas, latihan melalui pengalaman, pengalaman lapangan, simulasi, dan studi
kasus
2.1.6. Pengertian Belajar
James D. Whitaker dalam Wasti
Soemanto (1983) menerangkan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai proses
dimana laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Dari
definisi tersebut dapat diketahui bahwa belajar adalah suatu proses, artinya
bahwa hasil dari belajar tidak langsung dapat dirasakan hasilnya sekarang,
namun pada waktu yang akan datang. Belajar pada hakekatnya adalah proses
latihan melalui pengalaman yang di berikan oleh pengajar.
Menurut Akh Minhaji (2008: 114)
belajar pada hakekatnya adalah melatih berpikir rasional dan kritis. Howard
Kingskey yang dalam Syaiful Bachri Djumaroh (2002) mengatakan bahwa belajar
adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah
melalui praktek dan latihan. Menurut Oemar Hamalik (2006:63) belajar adalah
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik
pengertian bahwa belajar itu tidak hanya sekedar untuk mencari pengalaman atau
pengetahuan yang diinginkan tetapi lebih dari itu yaitu adanya perubahan sikap
atau tingkah laku. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan menuju kebaikan.
Perubahan tingkah laku tersebut dilakukan secara kontinyu, yang mana hal ini
merupakan salah satu tujuan pendidikan. Lebih lengkapnya Nizar Ali (2010: 207)
bahwa tujuan pedidikan tidak terlepas dari filsafah bangsa sehingga tujuan
pendidikan harus sesuai dengan situasi dan kondisi bangsa.
Menurut Wasti Sumanto (2003:35)
belajar itu bukan sekedar mencari pengalaman ,belajar adalah suatu proses bukan
suatu hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integrative
dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan. Sedangkan
dalam undang-undang dan peraturan pemerintah RI tentang pendidikan, dijelaskn
bahwa belajar adalah proses interaksi peserta didik dan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.(UU sisdiknas tahun 2005)
Menurut uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa belajar bukan sekedar mencari pengalaman tetapi merupakan
suatu proses dimana pembelajaran berlangsung, dimana guru menyampaikan materi
pembelajaran sedang peserta didik, menerimanya. Pembelajaran secara aktif ialah
baik guru maupun peserta didik sama-sama menyadari tugas dan kewajiban untuk
melaksanakannya. Apabila proses pembelajaran dilakukan dengan kesadaran tinggi
kiranya tujuan pendidikan akan tercapai.
Pendidikan yang dilakukan dengan
kesadaran itu adalah menyiapkan peserta didik untuk masa yang akan datang dan
bermanfaat bagi kehidupan. Pendidikan berlangsung menyangkut tiga aspek, yaitu
: pertama Aspek kognitif yang menyangkut masalah penguasaan dan ilmu
pengetahuan, kedua aspek Afektif yaitu menyangkut masalah sikap atau
tingkah laku yang dilakukan melalui bimbingan disamping diberikan pengetahuan, ketiga
aspek psikomotorik yaitu menyangkut masalah jenis ketrampilan. Ketrampilan akan
dapat dikuasai jika sering diadakan latihan latihan yang kontinyu.
2.1.7. Hasil
Belajar
Mudjiono (1999:250), hasil belajar merupakan
hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru.
Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat
terselesikannya bahan pelajaran.
Menurut Hamalik
(2006:30), hasil belajar adalah
bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi
dicapai melalui tiga kategori ranah, dua diantaranya adalah kognitif, dan
afektif. Perinciannya adalah sebagai berikut :
1. Ranah Kognitif berkenaan
dengan hasil belajar
intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis dan penilaian
2. Ranah Afektif berkenaan
dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu
menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan
suatu nilai atau kompleks nilai.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru
untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.
Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi
oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi Howard Kingsley membagi 3
macam hasil belajar:
a. Keterampilan dan
kebiasaan
b. Pengetahuan dan
pengertian
c. Sikap dan cita-cita
2.1.7. Pokok Bahasan Bagun Datar atau segi empat
Pengertian
bagun datar atau segi empat.
Segi empat merupakan bagian yang
sejenis dari persegi panjang atau pun persegi yang sering disebut juga
jajar genjang selain bangun –bangun itu masih ada beberapa jenis bangun segi
empat yang sering kita temukan di sekitar kita baik yang berbentuk sederhana
maupun yang kompleks.
Berikut adalah macam-macam bangun segi empat yang sudah dikenal umum dan mungkin sudah dipelajari di sekolah, beserta rumus – rumus dan sifatnya Pada materi ini akan diuraikan tentang bangun datar khususnya untuk bangun datar segi empat. Adapun bangun datar segi empat terdiri dari: persegi panjang, pergi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium.
Berikut adalah macam-macam bangun segi empat yang sudah dikenal umum dan mungkin sudah dipelajari di sekolah, beserta rumus – rumus dan sifatnya Pada materi ini akan diuraikan tentang bangun datar khususnya untuk bangun datar segi empat. Adapun bangun datar segi empat terdiri dari: persegi panjang, pergi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium.
- 1. PERSEGI PANJANG
- Sifat-sifat dari persegi panjang:
1) Sisi yang berhadapan
sama panjang dan sejajar.
2) Keempat sudutnya sama
besar dan merupakan sudut siku-siku (900).
3) Kedua diagonalnya
sama panjang dan berpotongan membagi dua sama besar.
4) Dapat menempati
bingkainya kembali dengan empat cara.
Dari sifat-sifat di atas dapat disimpulkan,
Persegi panjang adalah segi
empat yang keempat sudutnya siku-siku dan sisi-sisi yang berhadapan sama
panjang dan sejajar.
- Rumus
1) Keliling (K) = 2
(panjag+lebar)
= 2 (AB+BD)
2) Luas
(L) = Panjang x lebar
- Contoh Soal Persegi Panjang :
- Suatu persegi panjang mempunyai panjang = 8 cm dan lebar = 5 cm,
Berapa Luas dan keliling persegi panjang itu ?
Jawab :
- Luas = px l
= 8 cm x 5 cm
= 40 cm2
- Keliling = 2 (p+l)
= 2 ( 8cm+ 5 cm)
= 2 x 13 cm
= 26 cm
- Suatu persegi panjang mempunyai luas = 70 cm2 dan panjang 10 cm,
Berapa lebar dan keliling persegi panjang tersebut ?
Jawab:
- Luas = p x l
l
= Luas / p
l
= 70 cm2 / 10 cm
l
= 7 cm
- Keliling = 2 (10cm+7cm)
= 2 x 17 cm
= 34 cm
- Suatu persegi panjang mempunyai keliling = 44 cm dan lebar = 10 cm, Berapa luas persegi panjang tersebut ?
Jawab :
- Luas = p x l
- Lebar = 10 cm ; panjang = belum diketahui
Diketahui
keliling = 44 cm
Keliling
= 2 (p+l)
keliling / 2 = (p+l)
(p+l)
= keliling / 2
p + 10 cm =
44 cm / 2
p + 10 cm =
22 cm
p
= 22 cm – 10 cm
p
= 12 cm
sehingga Luas = p x l
= 12 cm x 10 cm
= 120 cm2
- 2. PERSEGI
- Sifat-sifat dari persegi:
1) Semua sifat
persegipanjang merupakan sifat persegi.
2) Suatu persegi dapat
menempati bingkainya dengan delapan cara.
3) Semua sisi persegi
adalah sama panjang.
4) Sudut-sudut suatu
persegi dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.
5) Diagonal-diagonal
persegi saling berpotongan sama panjang membentuk sudut siku-siku.
Jadi pengertian persegi adalah segiempat
yang keempat sisinya sama panjang dan keempat sudutnya sama besar, yaitu 900.
- Rumus persegi
1) Keliling (K) = 4 x
sisi atau K = 4s
2) Luas (L) = sisi x
sisi atau S2.
- Contoh Soal Persegi :
- Berapa luas dan keliling bujur sangkar yang mempunyai panjang sisi 5 cm ?
jawab :
- Luas = sisi x sisi
= 5 cm x 5 cm
= 25 cm2 (satuan luas adalah
persegi)
- Keliling = 4 x sisi
= 4 x 5 cm
= 20 cm
- Jika luas suatu bujur sangkar adalah 36 cm2 , berapa panjang sisi dan keliling bujur sangkar tersebut ?
Jawab:
- misal sisi adalah s Luas = sisi x sisi = s x s = s2
Luas = 36 cm 2
S2
= 36 cm2
S
= √36 cm2
S = 6
cm Panjang sisi
- Keliling = 4 x sisi
= 4 x 6cm = 24 cm
- Jika keliling bujur sangkar adalah 48 cm, berapa panjang sisi dan Luas bujur sangkar tsb ?
Jawab :
- Keliling = 4 x sisi
48
cm
= 4 x sisi
Sisi
= 48/4
Sisi
= 12 cm
- Luas = sisi x sisi
= 12 cm x 12 cm
= 144 cm2
- 3. JAJAR GENJANG
1.
Sifat-sifat jajar genjang:
1) Sisi-sisi yang
berhadapan pada setiap jajargenjang sama panjang dan sejajar.
2) Sudut-sudut yang
berhadapan pada setiap jajargenjang sama besar.
3) Jumlah pasangan sudut
yang saling berdekatan pada setiap jajargenjang adalah 1800.
4) Pada setiap
jajargenjang kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang.
Definisi jajargenjang adalah segiempat
dengan sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang serta sudut-sudut
yang berhadapan sama besar.
- Rumus jajargenjang
1) Keliling (K) = jumlah
sisinya = AB + BC + CD + DA
2) Luas (L) = alas x
tinggi
- Contoh Soal Jajar Genjang :
- Suatu jajaran genjang mempunyai panjang= 7 cm dan lebar= 5 cm, dan tinggi = 4 cm. Berapa keliling dan luas jajaran genjang tsb?
Jawab :
- Keliling = 7 + 5 + 7 + 5
= 24 cm
- Luas = alas x tinggi
= 7 cm x 4 cm
= 28 cm2
- Bu Meri mempunyai kebun yang berbentuk jajar genjang. Luas kebun adalah 450 m2 dan panjangnya 90 m. Berapa tinggi kebun Bu Meri ?
Jawab :
Luas
= alas x tinggi
450 m2
= alas x 90 m
Alas
= 450 m2 : 90 m
Alas
= 5 m
Jadi, tinggi kebun Bu Meri adalah 5 m.
- 4. BELAH KETUPAT
- Sifat-sifat belah ketupat:
1) Semua sisi pada belah
ketupat sama panjang.
2) Kedua diagonal pada
belah ketupat merupakan sumbu simetri.
3) Kedua diagonal belah
ketupat saling membagi dua sama panjang dan saling berpotongan tegak lurus.
4) Pada setiap belah
ketupat sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar oleh
diagonal-diagonany
5) a.
Pengertian belah ketupat adalah
segiempat yang keempat sisnya sama panjang.
- Rumus belah ketupat
1) Kelilig (K) = AB + BC
+ CD + DA
2) Luas (L) = 1/2(d1
x d2)
- Contoh Soal Belah Ketupat :
- Panjang sisi belah ketupat = 5 cm, berapakah kelilingnya ?
Jawab :
- Keliling = 4 x sisi
= 4 x 5 cm
= 20 cm
- Suatu bangun belah ketupat mempunyai panjang diagonal AC = 7cm, dan Panjang diagonal BD = 6 cm, berapa luas belah ketupat tersebut ?
Jawab :
Panjang AC = 7 cm
Panjang BD = 6 cm
Luas
= ½ x AC x BD
= ½ x 7 cm x 6 cm
= 21 cm2
- 5. LAYANG-LAYANG
- Sifat-sifat layang-layang:
1) Sepasang
sisinya sama panjang.
2) Sepasang sudut yang
berhadapan sama besar.
3) Saah satu diagonalnya
merupakan sumbu simetri.
4) Salah satu diagonal
layang-layang membagi diagonal lainnya menjdi dua bagian sama panjang dan kedua
diagonal itu saling tegak lurus.
Pengertian bangun layang-layang adalah
segiempat dengan dua pasang sisi-sisi yang berdekatan sama panjang.
- Rumus layang-layang
1) Keliling (K) = jumlah
sisi-sisinya = AB + BC + CD + DA
2) Luas (L) = ½ (d1
x d2)
- Contoh Soal Layang-Layang :
- Panjang suatu diagonal layang-layang adalah 15 cm dengan luas 45 cm2. Berapakah panjang diagonal layang-layang yang satunya ?
Jawab :
L
= ½ x diagonal 1 x diagonal 2
45 cm2
= ½ x 15 cm x diagonal 2
diagonal 2 = 2 x
45 cm2 / 15 cm
diagonal 2 = 6 cm
- Layang-layang ABCD titik pusat di O,, AO=6 cm,,
OC=3 cm,, DO=4 cm.
hitunglah:
a. Luas layang-layang
b. Kelilinglayang-layang
Jawab :
a. AC = OC+AO
= 6 cm+3 cm
= 9 cm
= 9 cm
b. DO =
BO
DB = DO+BO
= 4 cm+4 cm
= 8 cm
= 8 cm
- Luas = 1/2 x d1 x d2
= 1/2 x AC x DB
= 1/2 x 9 x 4
= 18 cm2
- 6. TRAPESIUM
- Sifat-sifat trapesium:
1) Sepasang sisi yang
berhadapan sejajar.
2) Sudut antara
sisi-sisi sejajar yang memiliki kaki sekutu salah satu sisi tegaknya berjumlah
1800.
3) Diagonal-diagonal
trapesium sama kaki adalah sama panjang.
Jadi pengertian trapesium adalah bangun
datar segiempat yang tepat mempunyai sepasang sisi yag sejajar.
- Rumus trapesium
1) Keliling
(K)
= jumlah sisi-sisinya = AB + BC + CD + DA
2) Luas
(L)
= (jumlah sisi sejajar x tinggi)
- Contoh Soal Trapesium
- Berapa luas dan keliling trapesium jika panjang AB=14cm, BC=6cm, CD=8cm, AD=5cm, dan tinggi 7cm?
Jawab:
- Luas = (AB + CD) x t / 2
= (14 cm + 8 cm) x 7cm / 2
= 77 cm2
- Kelilng = AB + BC + CD + AD
= (14 + 6 + 8 + 5) cm
= 33 cm
BAB III
METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN
3.1
Pendekatan
dan Jenis Penelitian
1.
Pendekatan
Pendekatan
dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang mana data diperoleh
dari eksperimen. Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan berfikir
kreatif dengan model penemuan terbimbing. Menurut
Solso dan MacLin (2002) penelitian eksperimen
adalah suatu penelitian yang di dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang
dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu,
penelitian eksperimen erat kaitanya dalam menguji suatu hipotesis dalam rangka
mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap kelompok yang
dikenakan perlakuan.
Penelitian
ini dikatagorikan ke dalam salah satu desaign pre-experimental
yaitu
One-group Pretest-Posttest Design. Desain
artinya rencana, tetapi
apabila dikaji lebih lanjut kata itu dapat berarti pula pola, potongan, bentuk,
model, tujuan dan
maksud (Echols dan Hassan Shadily, 1976). One group pretest posttest
design yaitu
eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding.
Model ini lebih sempurna karena sudah menggunakan tes awal sehingga besarnya
efek dari eksperimen dapat diketahui dengan pasti.
Pada
desain ini dilakukan pretes untuk mengetahui keadaan awal subjek sebelum diberi
perlakuan sehingga peneliti dapat mengetahui kondisi subjek yang diteliti
sebelum atau sesudah diberi perlakuan yang hasilnya dapat dibandingkan atau
dilihat perubahannya (Sukardi,
2010). Bentuk bagan desain tersebut adalah
sebagai berikut.
O1
|
X
|
O2
|
Pretest
|
Treatment
|
Posttest
|
O1= nilai pretest (
sebelum diberi perlakuan)
O2= nilai posttest
(setelah diberi perlakuan)
2.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan
penelitian diskriptitif kuantitatif yaitu adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian
deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung.
Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan
kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus
terhadap peristiwa tersebut
Data kuantitatif adalah data yang
berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Data kualitatif yang
diangkakan misalnya terdapat dalam skala pengukuran. Suatu pernyataan/
pertanyaan yang memerlukan alternatif jawaban, di mana masing-masing sangat setuju diberi
angka 4, setuju 3, kurang setuju 2, dan tidak setuju 1 (Sugiyono, 2002). Penelitian
kuantitatif mengambil jarak antara peneliti dengan objek yang diteliti.
Penelitian kuantitatif menggunakan instrumen-instrumen formal, standar dan
bersifat mengukur (Sukmadinata,
2006).
Penelitian kuantitatif mengambil jarak antara peneliti dengan objek yang
diteliti. Penelitian
kuantitatif menggunakan instrumen-instrumen formal, standar dan bersifat
mengukur (Sukmadinata, 2006).
3.2
Lokasi
Penelitian
Tempat
pelaksanaan penelitian ini adalah di SMP Negeri 7 Jalan Menasah Lhokseumawe
di samping Mesjid Cunda
3.3
Populasi
dan Sampel
1.
Populasi
Populasi penelitian menurut Arikunto
(1998) adalah keseluruhan subjek
penelitian. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1984) populasi penelitian adalah
seluruh individu yang akan dikenai sasaran generalisasi dan sampel-sampel yang akan
diambil dalam suatu penelitian.Dalam penelitian ini populasinya
adalah semua siswa SMP Negeri 7 Lhokseumawe
kelas VII-A
2.
Sampel
Menurut
Sugiyono (2008) sampel
adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Sedangkan menurut sampel
penelitian Suharsimi (1998) adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Penelitian
ini populasinya homogen (siswa). Penentuan sampel pada penelitian ini ditentukan
sendiri oleh peneliti karena menurut peneliti, kelas VII A di SMP Negeri 7 kurang kreatif dalam pembelajaran.
3.4
Instrumen
Penelitian
Instrumen
penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Variasi
jenis instrumen penelitian adalah
angket,
ceklis (check-list)
atau daftar centang, pedoman wawancara, pedoman
pengamatan (Arikunto,
2006).
Pada prinsipnya melakukan penelitian
adalah melakukan pengukuran terhadap suatu fenomena. Oleh karena itu, harus ada
alat ukur yang digunakan yang disebut instrumen penelitian. Untuk memperoleh
data yang diperlukan dalam penelitian ini maka instrumen yang digunakan adalah:
1.
Tes
Tes
adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok
(Arikunto, 2010 ). Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes awal dan
tes akhir. Tes awal (pretest) digunakan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan
awal siswa. Dan tes akhir (posttest) digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
kemampuan siswa setelah diberi perlakuan dan sebelum diberi perlakuan. Tipe tes
yang akan digunakan dalam instrumen penelitian adalah bentuk uraian. Bentuk tes
uraian dipakai untuk mengungkapkan proses berfikir, ketelitian dan sistematika
dalam menyelesaikan soal. Tes yang diberikan relatif sama, baik pada soal
pretes maupun pada soal postes. Sebelum penyusunan instrumen dalam bentuk tes
ini, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi yang didalamnya mencakup nomor soal, soal
dan indikator tes hasil belajar matematika.
2.
Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan lembar yang berisi daftar
aspek-aspek pokok mengenai pengamatan terhadap siswa, guru, dan proses
pembelajaran. Lembar observasi ini bermanfaat untuk
mengetahui hal-hal yang tidak dapat diamati langsung oleh peneliti selama
proses pembelajaran melalui metode Penemuan Terbimbing.
3.5
Prosedur
Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono ( 2008 ) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data
merupakan langkah paling strategis dalam
penelitian ini mendapatkan data. Teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu:
1.
Soal tes uraian
Tes uraian
adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun,
mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri.
Subino (1987) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat
kebebasan jawaban yang dimungkinkan dalam tes bentuk uraian, butir-butir soal
dalam ini dapat dibedakan atas butir-butir soal yang menuntut jawaban bebas. Butir-butir soal dengan jawaban terikat cenderung akan
membatasi, baik isi maupun bentuk jawaban, sedangkan
butir soal dengan jawaban bebas cenderung tidak membatasi, baik isi maupun
jawaban.
2.
Lembar observasi
a.
Lembar Observasi Guru
Pada lembar
observasi guru, guru membuat data untuk merekam data berapa banyak siswa di suatu kelas aktif belajar, dan bagaimana kualitas
aktivitas belajar siswa-siswa tersebut.
b.
Lembar Observasi Siswa
Pada lembar
observasi siswa, guru mengorganisasikan siswa untuk belajar, memberi bantuan dalam penyelidikan secara mandiri atau kelompok
bersama dan membimbing siswa membuat rangkuman dan memberikan
tugas mandiri.
c.
Dokumentasi
Menurut
Arikunto (2006) dokumentasi
adalah mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen,
rapot, agenda dan sebagainya. Metode
dokumentasi ini dimaksudkan untuk memperoleh data berdasarkan sumber data yang
ada di sekolah yaitu profil sekolah, Struktur organisasi dan hasil penilaian prestasi belajar
3.6
Analisa
Data
Arikunto (1998) menjelaskan
bahwa yang dimaksudkan dengan analisis data adalah pengolahan data yang
diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai
dengan pendekatan penelitian atau desain yang diambil.
Analisis
data tes diperoleh dari lembar jawaban siswa, kemudian dianalisis untuk melihat
hasil belajar siswa. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tes
adalah:
a.
Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk
mengetahui apakah data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. karena uji
statistik uji-t dapat digunakan
jika data tersebut terdistribusi normal untuk uji
normalitas digunakan rumus Chi
Kuadrat (Riduwan, 2006).
Keterangan :
Harga Chi Kuadrat yang dicari
Frekuensi yang ada ( frekuensi observasi atau
frekuensi sesuai dengan keadaan )
= Frekuensi
yang diharapkan, sesuai dengan teori
Data dikatakan tersebar secara
normal, apabila harga Chi Kuadrat lebih kecil dari harga Chi Kuadrat atau bisa ditulis (
hitung <
tabel ) pada
taraf signifikansi 0,05.
Jika
hitung
tabel berarti
distribusi tidak normal
Jika
hitung
tabel berarti
distribusi normal
b.
Uji Homogenitas Uji
homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah varians dari populasi
mempunyai varians yang homogen atau tidak.
Langkah-langkah menghitung uji homogenitas :
1)
Mencarivarians/standardeviasi
variable x dan y, denganrumus :
2 =
2 =
2)
Mencari f
hitungdengandarivarians x dan y, denganrumus :
F =
3)
Membandingkan
dengan
pada table distribusi F, dengan varians
terbesar adalah pembilang n-1 dan varians terkecil adalah penyebut n-1
Jika
<
berartihomogen
Jika
>
berartitidakhomogenitas
c. Uji Dua Rerata
Uji dua
rerata bertujuan untuk mengetahui hasil
belajar siswa kelas eksperimen pada saat pretest. Uji dua
rerata menggunakan uji student, dirumuskan
sebagai berikut:
t =
Apabila
dirumuskan ke dalam hipotesis statistik adalah sebagai berikut:
: µ1= µ2
: µ1≠ µ2
Kriteria pengambilan
keputusannya yaitu:
1)
Jika nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05 maka
ditolak.
2)
Jika nilai signifikansi
lebih besar dari 0,05 maka
diterima.
Karena
pengujian dilakukan untuk uji satu pihak, maka dari itu pengujian didasarkan pada
kriteria uji menurut Nurgana (Sutrisno, 2011) yaitu Terima
jika thitung≤t1-α dan tolak jika t memiliki
harga-harga lain dengan taraf
signifikansi 0,05.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2001).
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Arikunto, Suharsimi.
(1998). Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto,
Suharmi. (2010). Penelitian Tindakan
Kelas. Yogyakarta: Aditya Bima Sakti. Arikunto,
S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta. Arikunto. (1992). Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Blosser, Patricia E. & Helgenson, Stanley L. (1990). Selecting Procedures for Improving
the Science Curriculum. Columbus, OH: ERIC Clearinghouse for Science,
Mathematics, and Environment Education.
Cooney, Davis. (1975). Dynamics Of Teaching
Secondary School Mathematics; U.S.A: Houghton Mifflin Company.
Costa, A. (2001). Developing
Minds A Recource Book For Teaching Thinking.3rd
Edition Association For Supervision And Curriculum
Development Alexandria Virginia USA.
Diunduh dari http://www.ascd.org/publications/book/101063.aspx
[15
November 2013].
Hudojo,
Herman. (1984). Metode
Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud-Dirjen Dikti. Krulik, Stephen, dan Rudnick, Jesse A.
(1995). The New Sourcebook for Teaching Reasoning and Problem Solving in
Elementary School. Massachusetts:
Allyn & Bacon.
Khodijah, Nyayu. (2006). Psikologi Belajar.
Palembang: IAIN Raden Fatah Press. Krismanto,
M.Sc. (2003). Beberapa Teknik, Model dan
Strategi dalam Pembelajaran Matematika. PPPG Matematika. Yogyakarta. LTS. (2004). Learning
Thinking. Scotland: Learning and Teaching Scotland. Pehkonen,
Erkki. (1997). The State of Art in Mathematical Creativity. http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm. Volume 29,
Juni 1997, No. 3, Electronic Edition ISSN
1615-679X. [24 Juni 2010]. M.Echols, John dan Shadily, Hassan. Kamus Bahasa Inggris – Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka. McGregor,
D. (2007). Developing Thinking Developing Learning. Poland: Open
University Press. Markaban. (2008). Model Penemuan
Terbimbing Pada Pembelajaran Matematika SMK.
Yogyakarta.
Munandar, U. (2009). Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Munandar, U. (1999). Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta. Munthe, Bermawi. (2009). Desain
Pembelajaran.
Yogyakarta:
PT Pustaka
Insan Madani. Musrofi, M. (2010). Melesatkan
Prestasi Akademik Siswa. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani. Park, H.. (2004). The
Effects of Divergent Production Activities with Math Inquiry and Think Aloud of
Students With Math Difficulty. Disertasi. [Online] Tersedia: http://txspace.tamu.edu/bitstream/1969.1/2228/1/etd-tamu-2004.
[15 November 2013]. Prince, M. J. & Felder, R. M.
(2006). “Inductive teaching and learning methods: Definitions, comparisons, and
research bases”. Journal of Engineering Education. Pusat Bahasa
Kemendiknas. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka. Riduwan.
(2007). Belajar Mudah Penelitian Untuk
Guru Karyawan Dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabel. Sabandar, J. (2008). Thinking
Classroom dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah. Makalah Pada Seminar
Matematika. Bandung. Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Silver,
Edward A. (1997). Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and
Thinking in Problem Posing. http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm.
Volume 29, Juni 1997, No
Artikel Terkait
Posting Komentar